Selasa, 23 Oktober 2012

membongkar “Borok” Kesesatan JiL

0 komentar


Awas Musuh Dalam Selimut !
JIL adalah musuh Islam, Awas Musuh Dalam Selimut !*]
Pembaca yang budiman, di masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masih hidup ada dua golongan musuh Islam yaitu orang kafir dan orang munafiq. Di antara kedua golongan ini orang-orang munafiq adalah yang paling berbahaya bagi ummat Islam, karena mereka mengaku Islam namun pada hakekatnya menghancurkan Islam dari dalam. Dan hal ini senantiasa terjadi di sepanjang zaman, begitu pula di zaman kita sekarang ini bahkan di negeri yang kita tinggali ini.
Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi dan orang-orang yang beriman supaya berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq. Allah berfirman, “Wahai Nabi berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafiq dan bersikap keraslah pada mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (QS At Taubah 9:73).
JIL Mengganyang Islam
Salah satu musuh yang kini tengah dihadapi ummat Islam adalah ajaran sesat yang dibawa oleh Jaringan Islam Liberal/JIL. Sehingga kerancuan yang mereka tebarkan perlu dibantah, apalagi orang-orang yang membawa pemikiran sesat ini adalah tokoh-tokoh yang digelari cendekiawan, kyai dan intelektual. Sebenarnya pernyataan mereka terlalu menyakitkan untuk ditulis dan disebarluaskan, namun demi tegaknya kebenaran maka dalam kesempatan ini akan kami bawakan beberapa contoh kesesatan pemikiran mereka yang dengannya pembaca akan mengetahui betapa rusaknya akidah Islam Liberal ini.
Orang JIL Tidak Paham Tauhid
Nurcholis Majid menafsirkan Laa ilaaha illAllah dengan arti tiada tuhan (t kecil) kecuali Tuhan (T besar). Padahal Rasulullah, para sahabat dan para ulama dari zaman ke zaman meyakini bahwa makna Laa ilaaha ilAllah adalah tiada sesembahan yang benar kecuali Allah. Dalilnya adalah firman Allah, “Demikian itulah kuasa Allah Dialah sesembahan yang haq adapun sesembahan-sesembahan yang mereka seru selain Allah adalah (sesembahan) yang batil.” (Al Hajj 22:62). Nah satu contoh ini sebenarnya sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa ajaran JIL adalah sesat karena menyimpang dari petunjuk Rasulullah dan para sahabat. Walaupun dalam mempromosikan kesesatannya mereka menggunakan label Islam, tapi sesungguhnya Islam cuci tangan dari apa yang mereka katakan.
Orang JIL Tidak Paham Kebenaran
Ulil Abshar mengatakan bahwa semua agama sama, semuanya menuju jalan  kebenaran, jadi Islam bukan yang paling benar katanya. Padahal Al Qur’an dan As Sunnah menegaskan bahwa Islamlah satu-satunya agama yang benar, yaitu Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam” (QS Ali Imran 3:19). Nabi juga bersabda, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Tidaklah ada seorang pun yang mendengar kenabianku, baik Yahudi maupun Nashrani kemudian mati dalam keadaan tidak beriman dengan ajaran yang aku bawa kecuali pastilah dia termasuk di antara para penghuni neraka” (HR. Muslim). Kalau Allah dan Rasul-Nya sudah menyatakan demikian, maka anda pun bisa menjawab apakah yang dikatakan Ulil ini kebenaran ataukah bukan?
Orang JIL Tidak Paham Islam 
Para tokoh JIL menafsirkan Islam hanya sebagai sikap pasrah kepada Tuhan. Maksud mereka siapapun dia apapun agamanya selama dia pasrah kepada Tuhan maka dia adalah orang Islam. Allahu Akbar! Ini adalah jahil murokkab (bodoh kuadrat), sudah salah, merasa sok tahu lagi. Cobalah kita simak jawaban Nabi ketika Jibril bertanya tentang Islam. Beliau menjawab, “Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan berhaji ke baitullah jika engkau sanggup mengadakan perjalanan ke sana” (HR. Muslim). Siapakah yang lebih tahu tentang Islam; Nabi ataukah orang-orang JIL ?
Orang JIL Menghina Syari’at Islam
Ulil Abshar mengatakan bahwa larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan lelaki non-Islam sudah tidak relevan lagi. Padahal Allah Ta’ala telah berfirman, “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku telah ridha Islam menjadi agama kalian” (QS Al Ma’idah 5:3). Kalau Allah Yang Maha Tahu sudah menyatakan bahwa Islam sudah sempurna sedangkan Ulil mengatakan bahwa ada aturan Islam yang tidak relevan – tidak cocok dengan perkembangan zaman – maka kita justeru bertanya kepadanya : Siapakah yang lebih tahu, kamu ataukah Allah?!
Orang Tidak Tahu Kok Diikuti ?
Demikianlah beberapa contoh kesesatan pemikiran JIL. Kita telah melihat bersama betapa bodohnya pemikiran semacam ini. Kalaulah makna tauhid, makna Islam adalah sebagaimana yang dikatakan oleh mereka (JIL) niscaya Abu Jahal, Abu Lahab dan orang-orang kafir Quraisy yang dimusuhi Nabi menjadi orang yang pertama-tama masuk Islam. Karena mereka meyakini bahwasanya Allah-lah pencipta, pengatur, pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan, yang mampu menyelamatkan mereka ketika tertimpa bencana, sehingga ketika mereka diombang-ambingkan oleh ombak lautan mereka mengikhlashkan do’a hanya kepada Allah, memasrahkan urusan mereka kepada-Nya.
Namun dengan keyakinan semacam ini mereka tetap saja menolak ajakan Nabi untuk mengucapkan Laa ilaaha illAllah. Bahkan mereka memerangi Rasulullah, menyiksa para sahabat dan membunuh sebagian di antara mereka dengan cara yang amat keji. Inilah bukti bahwa orang-orang JIL benar-benar tidak paham Al Qur’an, tidak paham As Sunnah, bahkan tidak paham sejarah !!
Himbauan
Melalui tulisan ini kami menghimbau kepada segenap kaum muslimin agar menjauhi buletin, majalah, siaran TV atau radio yang digunakan oleh JIL dalam menyebarkan kesesatan mereka dan bagi yang memiliki kewenangan hendaklah memusnahkannya. Karena Allah Ta’ala telah memerintahkan, “Wahai Nabi berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafiq dan bersikap keraslah pada mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (QS At Taubah 9:73). Dan ketahuilah bahwasanya tidak ada yang bisa membentengi kaum muslimin dari kebinasaan kecuali dengan kembali berpegang dengan Al Qur’an dan As Sunnah serta pemahaman para salafush shalih (sahabat dan murid-murid mereka). Dan Rasulullah telah menegaskan bahwasanya ilmu itu hanya bisa diraih dengan cara belajar (lihat Fathul Bari). Semoga tulisan yang singkat ini bisa meruntuhkan kerancuan-kerancuan yang ditebarkan oleh musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya.
Imam Al Auza’i berpesan, “Wajib atas kalian mengikuti jejak salaf (para sahabat) walaupun banyak manusia yang menentangmu. Dan waspadalah dari pemikiran-pemikiran manusia meskipun mereka menghiasinya dengan perkataan-perkataan yang indah di hadapanmu”. Hanya kepada Allah-lah kita memohon perlindungan. WAllahu a’lam.
Sumber : akhirzaman.info
*]. Dikutip dari Bulletin At-Tauhid, diterbitkan LBI Al-Atsary Yogyakarta.

ciri-ciri orang yang bertaqwa

0 komentar
Allah SWT menurunkan Al-quran sebagai Mu’jizat yang luar biasa untuk kekasihnya: Nabi Muhammad SAW, melalui perantara Malaikat Jibril dalam kurun waktu lebih kurang selama 23 Tahun. Al-Quran terdiri dari 114 surat, 6666 ayat (berdasarkan perhitungan mayoritas ulama, karena ada perbedaan versi [antara perhitungan ulama Syiria, Madinah ataupun Bashrah]tentang jumlah ayat dalam Al-Quran yang terdiri dari 30 juz ini), di awali dari Ummu al-Kitab (Al-Fatihah) dan di tutup dengan surat An-Naas. Al-Baqarah sebagai surat kedua, di awal ayat dengan jelas Allah SWT memberikan definisi bahwa Inilah Kitab (Al-Quran), kita di perintahkan untuk tidak memiliki rasa ragu atau tidak percaya kepada isi dan kandungan al-Quran, Kenapa? Karena Al-quran tidak di turunkan melainkan sebagai petunjuk untuk orang-orang yang bertakwa.
Kata Petunjuk kalau dalam bahasa arabnya adalah diambil dari lafadz hudan, dimana kata hudan ini, masih seakar kata dengan kata hadiah, bermakna; Al-Quran adalah kitab suci yang diberikan dengan penuh cinta dan rasa kasih sayang, hal ini masih sejalan dengan konsep hadiah, apabila seseorang memberikan suatu hadiah untuk kawan dekat, saudara, atau kekasih tercinta, pasti dia akan mengemas secantik mungkin, di balut dengan kertas dan berbagai aksesoris lainnya, dan disaat memberikan hadiah tersebut tanpa adanya suatu unsur paksaan, melainkan diberikan dengan penuh rasa suka cita, hati damai dan tanpa mengharap imbalan apapun, begitulah sejatinya Allah menurunkan Al-Quran  kepada kita sebagai petunjuk (baca:hadiah) untuk orang-orang yang bertaqwa.
Definisi taqwa yang sering di jelaskan oleh para ulama adalah Imtisal al-awaamir Wajtinabu al-Nawahi (melaksanakan apa yang diperintahkan Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya). Seperti yang diungkapkan oleh Imam Hasan Al-Bashri bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, serta menunaikan apa yang diwajibkan-Nya. Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengartikan taqwa dapat di raih oleh orang-orang yang mampu menjadikan tabir penjaga antara dirinya dan neraka. Pandangan ini secara tidak langsung menyatakan bahwa orang yang bertaqwa tahu hal-hal apa sajakah yang menyebabkan Allah murka dan menghukumnya kelak di neraka.
Konsep taqwa kalau dalam surat Ath-Thalaq, selama ini hanya dijelaskan seputar imbalan akan diberikan jalan keluar (solusi) dalam segala problematika kehidupan, serta akan didatangkannya rezeki dari jalan yang tidak kita sangka, padahal pada ayat selanjutnya masih ada 3 point yang dengan tegas di jelaskan, bahwa orang-orang yang bertaqwa selain akan mendapatkan 2 point di atas, Allah SWT juga akan menjadikan segala urusan kehidupannya menjadi lebih mudah dalam melaluinya, akan dihapuskan segala kekhilafan(perbuatan buruknya), dan meraka akan selalu di lipat gandakan pahalanya dalam setiap amaliyah sholih yang dilakukannya. Begitu mulianya orang-orang yang bertaqwa dalam pandangan sang penguasa alam raya ini.
Rasulullah SAW suatu ketika pernah menasehati Sayyidina Ali Ibnu Abi Thalib, wahai Ali: Shalatlah apabila telah tiba waktunya karena itu akan menunjukkan engkau sebagai pribadi yang bertaqwa. Nasehat ini kalau dalam  surat An-Nisa sudah di jelaskan bahwa Sesungguhnya Shalat ada pada diri orang-orang yang beriman, dan telah di tetapkan waktunya. Maka wajar kalau baginda Rasulullah SAW dalam beberapa riwayat di katakan, suatu masa beliau sedang berasyik-masyuk, bersenda gurau dengan para istrinya, tetapi apabila tiba waktu shalat (adzan), Kaannahu Lam Ya’rifna Walam Na’rifhu: seakan-akan rasul tidak mengenal kami (para istri), dan kami pun tidak mengenalnya (rasul), beliau langsung menuju masjid untuk memenuhi panggilan-Nya, dan para istrinya pun langsung ikut berjamaah. Demikian dijaganya arti shalat jamaah oleh rasul dan keluarganya.
Besok di akhirat, ada 3 golongan manusia yang berbeda di dalam menjaga shalat jamaah waktu di dunia:
1.      Wujuuhuhum Ka al-Kawakib (Wajah seperti bintang)
Kelompok ini adalah mereka yang apabila mendengar adzan (panggilan shalat), mereka tidak melanjutkan aktivitasnya melainkan segera mengambil air wudlu’ untuk melaksanakan shalat.
2.      Wujuuhuhum Ka al-Qamar (Wajah seperti bulan)
Golongan ini bisa dicapai kepada mereka yang selalu dalam keadaan suci, walaupun belum ada panggilan shalat(adzan).
3.      Wujuuhuhum Ka al-Syams (Wajah seperti Matahari)
Golongan eksekutif yang dapat merasakan kenikmatan ini, karena mereka selalu dalam keadaan suci, dan sudah duduk I’tikaf di dalam masjid walaupun adzan belum berkumandang.
Inilah beberapa tauladan yang dapat mengangkat martabat kita sebagai pribadi yang bertaqwa, yang mampu menjaga dan memelihara suatu hadiah (baca: pesan moral dalam Al-Quran) dari Tuhan-Nya, sehingga menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Sudah sejauh manakah kita dalam mengaplikasikan hadiah indah dari Allah ta’ala???
Sholli ‘Ala Muhammad Wa Aalihi
PG.2.7 Selangor
Amir el-Madary

Followers

 

Celoteh Bebas. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com